
Ketika saya menikah, saya berusia 20 tahun. Dan Andri berusia 21 tahun. Saya pernah muak dengan perkataan orang tentang pernikahan saya ketika itu.
Mereka bilang, saya menikah karena hamil.
Mereka bilang, saya married by accident.
Mereka bilang, orang tua saya sudah ingin melepas tanggung jawab atas anak bungsunya.
Mereka bilang, saya dan Andri menikah karena nafsu.
Bukankah menikah adalah perintah tuhan?
Bukankah kita harus mendoakan orang yang akan menikah?
Bukankah menikahkan anak adalah tugas orang tua?
Saya hanya diam. Andri hanya diam.
Dan waktu membuktikan bahwa semua hal yang mereka bilang tidaklah benar.
Saya menikah 18 bulan yang lalu.
Dan dalam jangka waktu tersebut,
saya merasa usia saya sudah bertambah 5 tahun.
Saya mengerti betapa pernikahan ini membawa saya -dan Andri- dalam kedewasaan.
Saya berusaha untuk tidak egois lagi,
seperti ketika kami masih pacaran.
Saya berusaha untuk tidak memberontak lagi,
seperti ketika kami masih pacaran.
Karena seiring berjalannya waktu,
saya merasa pernikahan adalah permainan 'Bakiak'.
Ketika dua orang berdiri di atas sepasang bakiak,
berusaha berjalan bersama menuju garis finish,
menyelaraskan setiap langkah agar tidak terjatuh,
dan terus melangkah dengan penuh kekhawatiran
setiap ada rintangan.
Kemudian kembali bangkit saat terjatuh,
mencoba melangkah lagi dengan kaki yang sama.
Suami saya berdiri di depan.
Saya di belakang memeluknya
sambil terus menyamakan langkah.
Tapi suami saya,
dan saya,
tidak akan pernah melihat garis finish.
Karena pernikahan masih akan terus berjalan.
Maka saya dan suami saya terus melangkah.
(picture by: Cmdetroit @ Deviantart)
Mereka bilang, saya menikah karena hamil.
Mereka bilang, saya married by accident.
Mereka bilang, orang tua saya sudah ingin melepas tanggung jawab atas anak bungsunya.
Mereka bilang, saya dan Andri menikah karena nafsu.
Bukankah menikah adalah perintah tuhan?
Bukankah kita harus mendoakan orang yang akan menikah?
Bukankah menikahkan anak adalah tugas orang tua?
Saya hanya diam. Andri hanya diam.
Dan waktu membuktikan bahwa semua hal yang mereka bilang tidaklah benar.
Saya menikah 18 bulan yang lalu.
Dan dalam jangka waktu tersebut,
saya merasa usia saya sudah bertambah 5 tahun.
Saya mengerti betapa pernikahan ini membawa saya -dan Andri- dalam kedewasaan.
Saya berusaha untuk tidak egois lagi,
seperti ketika kami masih pacaran.
Saya berusaha untuk tidak memberontak lagi,
seperti ketika kami masih pacaran.
Karena seiring berjalannya waktu,
saya merasa pernikahan adalah permainan 'Bakiak'.
Ketika dua orang berdiri di atas sepasang bakiak,
berusaha berjalan bersama menuju garis finish,
menyelaraskan setiap langkah agar tidak terjatuh,
dan terus melangkah dengan penuh kekhawatiran
setiap ada rintangan.
Kemudian kembali bangkit saat terjatuh,
mencoba melangkah lagi dengan kaki yang sama.
Suami saya berdiri di depan.
Saya di belakang memeluknya
sambil terus menyamakan langkah.
Tapi suami saya,
dan saya,
tidak akan pernah melihat garis finish.
Karena pernikahan masih akan terus berjalan.
Maka saya dan suami saya terus melangkah.
(picture by: Cmdetroit @ Deviantart)
1 komentar:
i love this part..
aku pengen banget nikah muda loh nov, tapi malah belum nikah2 sampe sekarang (curcol deh gw)
well, no mattter what people say yang penting kamu bahagia.. :)
Posting Komentar